Rabu, 24 Juni 2009

Berita Ekonomi Edisi 343

Produsen Hortikultura Kabupaten Karo
Lirik Pedagang Jambi

MEDIA JAMBI—Panjangnya rantai distribusi barang dari produsen ke pedagang, menjadi sebab utama mahalnya harga komoditi perdagangan, terutama tanaman hortikultura. Memotong rantai distribusi dan menjamin pasokan, menjadi solusi yang dapat dilakukan untuk memberi keuntungan bagi kedua belah pihak.
Upaya ini, kemudian difasilitasi Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, melalui kegiatan kontak dagang dengan Disperindag Kota Jambi, Rabu (10/6) lalu.
Kepala Bidang Diskoperindag Kabupaten Karo, S Manulang mengatakan, 60 persen produksi sayur di Sumatera utara dipasok dari Kabupaten Karo. Daya serap konsumen di kabupaten hanya 6 persen. 93 persen produksi lain, dikirim ke beberapa daerah di luar Kabupaten dan Provinsi Sumatera Utara.
Inventarisasi yang dilakukan Diskoperindag Karo tahun 2006 menyimpulkan, Kota Jambi memiliki ruang pemasaran hasil produksi pertanian Karo. Peluang ini menjadi besar, mengingat sebagian besar buah dan sayur-sayuran yang dijual di Jambi didatangkan dari Provinsi Jawa Barat
“Padahal, jarak tempuh dari Kabupaten Karo lebih dekat dibandingkan dari Jawa Barat,” ujar Manulang. Dekatnya jarak dan jaminan ketersediaan pasokan, dapat menekan harga jual ditingkat pedagang. Disamping memberi keuntungan bagi petani sebagai produsen.
Di Kabupaten Karo sendiri, luas lahan untuk tanaman pertanian mencapai 93.391 hektar. Masing-masing, tanaman pekarangan 4.251 hektar, kebun campuran 22.896 hektar, tanaman perladangan 59.720 hektar dan tanaman perkebunan seluas 6.524 hektar.
Temu kontak pedagang, sekaligus menjadi langkah mempertemukan produsen di Kabupaten Karo dengan pedagang di Kota Jambi. Untuk memutus panjangnya rantai distribusi, sehingga mampu mengangkat pendapatan petani sekaligus menekan harga jual ditingkat pedagang. Pada akhirya, harga jual yang ditawarkan mampu terjangkau konsumen.
“Kita mengupayakan membangun kemitraan antara produsen dan pedagang di Jambi,” ujar Manulang. Beberapa produk yang ditawarkan, seperti Jagung, ubi jalar, kopi, jeruk, markisa, kentang, kubis, lobak, wortel, cabai, kol bunga, tomat, kemiri dan kakao.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi, Sabirin mencontohkan, Kota Jambi membutuhkan lima ton cabai perhari. Kebutuhan ini, sebagian besar dipasok dari luar daerah.
Lancarnya pasokan barang dagangan ke Kota Jambi, akan membuat harga jual di tingkat pedagang menjadi stabil. “Kalau cabai satu hari saja tidak masuk, dipastikan harganya naik hingga dua kali lipat,” ujar Sabirin.
Temu kontak pedagang, juga membuka jalur komunikasi antara pedagang dan pemasok di Kabupaten Karo. Dalam bentuk kesepakatan saling menguntungkan yang dibuat antar pelaku usaha di dua daerah.
Wakil ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah Jambi, Lexzie J Moear mengatakan, temu kontak pedagang tidak hanya sebatas perjanjian antar dua instansi. Namun harus ditindaklanjuti dengan upaya pendekatan dan menfasilitasi para pelaku usaha.
“Bagaimana kontak dagang dapat berlanjut hingga bisa memberi keuntungan kedua belah pihak,” ujar Lexzie.(jun)
Harga Cabai Merangkak Naik

MEDIA JAMBI—Memasuki minggu kedua Bulan Juni, harga cabai di pasar tradisional Angso Duo merangkak naik. Dari sebelumnya dijual Rp 8.000 perkilogram, kini melonjak hingga Rp 12.000 perkilogram. Terjadi kenaikan hingga 50 persen dari harga semula, baik ditingkat pedagang maupun agen cabai.
Pantauan Media Jambi Kamis (11/5) lalu menggambarkan, hampir semua agen cabai mengalami kenaikan harga. Baik cabai yang didatangkan dari dalam daerah maupun yang dipasok dari Pulau Jawa.
“Kemarin masih Rp 7.000, hari ini modalnya saja naik jadi Rp 10.500,” ujar Syafruddin (44), agen cabai di belakang Pasar Angso Duo. Menurut Syafruddin, kenaikan harga lebih disebabkan naiknya modal yang harus dibayar kepada pemasok di Pulau Jawa. Akibatnya, modal cabai lokal juga ikut merangkak naik.
Namun dipastikan, kondisi ini tidak akan bertahan lama. Terlebih, harga cabai cenderung berfluktuatif dan sering berubah-ubah. Pengaruh musim, menurutnya bukan menjadi faktor utama naik, atau turunnya harga bumbu dapur ini.
Darina (34), pedagang bumbu di Pasar Angso Duo mengatakan, naiknya harga cabai tidak begitu berpengaruh pada daya beli konsumen. Pasalnya, cabai sudah menjadi kebutuhan pokok setiap ibu rumah tangga.
“Memang berkurang sedikit, tapi tidak begitu banyak,” ujarnya. Bila sebelumnya ia mampu menjual hingga 30 kilogram perhari, saat ini jumlah terjual berkurang menjadi 25 kilogram perhari.
Kenaikan harga tidak sekadar terjadi di Pasar Angso Duo. Harga cabai di Pasar Simpang Pulai juga mengalami kenaikan harga. Pasalnya, hampir semua pedagang di sini membeli barang dagangan dari pedagang subuh di Pasar Angso Duo.
“Iya, belinya dari Angso, kalau disana naik kami juga ikutan naikkan harga,” ujar Ubai (47), pedagang bumbu di pasar ini. Sebagaimana pedagang di Angso Duo, Ubai mengaku tidak mengalami penurunan yang berarti pada jumlah pembeli. Terlebih, semua langganannya adalah pengusaha rumah makan dan cattering di Kota Jambi.(yen)

Pertambangan Sumbang PAD Terbesar

MUARASABAK—Sektor pertambangan minyak bumi dan gas (migas) menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanjab Timur. Realisasi PAD dari sektor minyak hingga Desember 2008 mencapai Rp.48.83 miliar, sedangkan sumbangan sektor gas bumi mencapai Rp 34.94 miliar.
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tanjab Timur, Safril mengatakan, penerimaan PAD sektor migas tahun 2009 direncanakan sebesar Rp 51,069 miliar.
“Untuk laporan Bulan Mei masih dalam tahap penyusunan,” ujar Safril. Adapun rencana penerimaan negara pada tahun 2009 mencapai Rp 15 Trilliun, dengan asumsi harga minyak US $ 45,5 dan nilai tukar Rp.11 Ribu per dolar Amerika.
Peraturan menteri keuangan No.50/PMK.07/2009, tentang penetapan perkiraan alokasi dana bagi hasil Sumber Daya Alam (SDA), pertambangan minyak bumi dan gas bumi menyebutkan, hasil penerimaan akan dibagi ke seluruh kabupaten dan provinsi.
“Dana bagi hasil disesuaikan jumlah penjualan dan nilai tukar Dollar saat itu,” ujarnya.
Untuk Kabupaten Tanjab Timur, menurut Safril sumber pendapatan sektor pertambangan migas berasal dari eksplorasi yang dilakukan PT. Petrochina.(jun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar