Senin, 29 Juni 2009

Pola Hidup Bersih dan Jaminan Mutu Makanan

MEDIAJAMBI—Memini­mal­kan penggunaan bahan ber­bahaya seperti zat penga­wet, pewarna dan bahan kimia lain, dinilai sangat berbahaya bagi konsumsi produk-pro­duk makanan. Penggunaan ba­han tersebut harus dihin­dari, agar produk makanan khususnya dari industri kecil mampu bertahan dan tetap di­minati konsumen. Perilaku hi­dup bersih, harus diterapkan untuk menjamin keamanan pro­duk sebelum dan pasca jual.
Demikian terungkap pada pe­latihan Good Manufacturing Practise (GMP) menuju Desa Mandiri Pangan, di Hotel Aini, Jum’at (26/6) lalu. Ketua Bidang Industri Kecil Disperindag Provinsi Jambi, Toi­dowi mengatakan, pelaku in­dustri kecil seyogyanya me­nerapkan perilaku hidup ber­sih dalam memproduksi ma­kanan olahan sebelum dijual.
“Agar produk makanan yang dijual dapat memenuhi stan­dar mutu yang baik,” ujar Toi­dowi. Disamping itu, ma­sih ada pelaku industri yang meng­gunakan bahan kimia se­bagai bahan cam­puran da­lam produk makanannya. Selain cara berproduksi yang kurang memperhatikan stan­dar kebersihan.
Kepala Bidang Perdaga­ngan Dalam Negeri, Lesly An­dalusia mengatakan, pelati­han berlangsung selama tu­juh hari dihadiri pelaku in­dustri kecil se Provinsi Jambi. Materi pelatihan, diisi Balai Pe­ngujian Obat dan Makan­an (BPOM) dan Dinas Kese­hatan Provinsi Jambi.
“Peserta diberi bekal pe­nge­tahuan secara teori dan studi banding ke konsumen yang sudah berhasil menerap­kan pola produksi yang ber­sih dan benar,” ujar Lesly.
Penyuluh Sektor Industri Disperindag Provinsi Jambi, Ida Mariyanti mengatakan, se­dikitnya terdapat 4000 in­dus­tri kecil formal maupun in­formal se Provinsi Jambi. Dari jumlah ini, belum semuanya menerapkan pola hidup ber­sih dalam pengolahan bahan makanan sebelum dijual.
Tampilan kemasan yang ba­ik, tidak selamanya menun­jukkan proses produksi yang baik pula. “Kebersihan itu harus mencakup manusia, per­alatan dan tempat,” ujar Ida. Diakui, belum semua kon­sumen jeli dan teliti dalam me­nilai satu produk makanan.
Namun lain halnya jika pro­duk makanan sudah menga­rah pada pasar luar daerah dan ekspor. Para pembeli, bia­sanya akan menilai produk di­mulai dari cara pembuatan, pe­ngolahan hingga penge­masan.
Kurangnya perhatian pada kebersihan ditambah peng­gu­naan bahan kimia, dinilai sangat berbahaya bagi kelangsungan usa­ha yang lebih besar lagi. “Wa­lau­pun, pada sebagian produsen tidak begitu peduli pada faktor ini,” ujar­nya. Tidak sekadar tempat, harus ada perubahan sikap mental pelaku industri untuk mampu bertahan dan mengem­bang­kan usaha yang lebih besar lagi. “Masalahnya, belum semua pro­du­sen terbuka terhadap suatu masa­lah,” ujar Ida yang juga Pejabat Fungsional Penyuluh Perindustrian ini. (jun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar